Thursday, October 31, 2013

Cara Blusukan dan Pendampingan Kelompok Simpan Pinjam Perempuan

Proses Pendampingan. Harus dikerjakan diatas dasar pengetahuan lokal, masyarakat lokallah yang memiliki pengetahuan, kearifan dan pengetahuan, dan peran fasilitator adalah untuk mendengar dan belajar dari masyarakat bukan mengajari masyarakat tentang problem dan kebutuhan mereka (Holland&Blackburn)

Kata-kata bijak seorang pemberdaya, kalau kita bukan bagian dari solusi pasti kita bagian dari masalah
Istilah blusukan sangat erat dengan nama jokowi, setelah beliau naik menjadi Gubernur DKI Jakarta, melihat. Mengamati, mendengar, dan bersentuhan langsung dengan masyarakat apa dan bagaimana masyarakat mengalami dan mengatasi permasalahannya, hal ini juga sejalan dengan pemikiran filsafat Paulo Freire, yang memulai sesuatu dengan tindakan, kemudian memikirkan hasil tindakan apa dan bagaimana seharusnya, selanjutnya melakukan tindakan lagi, berpikir dan bertindak lagi terus menerus tiada henti.
Perempuan merupakan kelompok Mayoritas, tetapi dalam realitasnya perempuan adalah kelompok yang paling banyak termarginalkan, baik secara ekonomi, Sosial dan Budaya, maka mengentaskan kemiskinan perempuan masih menjadi sebuah pekerjaan besar, sekaligus pertanyaan besar yang belum terjawab secara tuntas, dari hal tersebut isiniastif untuk melakukan transformasi


dalam mengembangkan daya pikir kritis sekaligus melakukkan aksi transformasi
Program nasional Pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan salah satu kegiatanya adalah pengelolan dana bergulir, guna memberikan dukungan terhadap perempuan guna mengatasi masalahnya dengan memberikan permodalan dalam bentuk kegiatan SPP (Simpan Pinjam Khusus perempuan) tetapi tidak sedikit persoalan SPP, telah membuat para pemangku kebijakan kelimpungan dalam mengambil kebijakan untuk mengatasi tunggakan yang semakin membengkak di masyarakat, bahkan istilah Zero tunggakan menjadi tujuan,


sementara tujuan pembebasan untuk mengeluarkan perempuan dari kelompok marginal terlupakan.
Retorika pembelaan pendampingan akibat dari kesalahan sudut pandang, yang lebih menyudutkan lagi kelompok-kelompok perempuan, tampa melihat apa masalah yang di hadapi,tidak akan mungkin persoalan dapat terungkap ke permukaan, jika hanya di nilai dari luar berdasarkan angka-angka, tampa melihat factor, sistem dan struktur yang berlaku di masyarakat.
Fakta-fakta yang ada bahwa masyarakat belum mampu mengorganisasikan dirinya dengan baik untuk menyelesaikan masalahnya, dan inilah yang menjadi ketidak berdayaan masyarakat yang nyata (Jiem Ife, Community Developmen),
Pendekatan kebawah, bergaul dan blusukan ke masyarakat, adalah merupakan alternative yang dapat di terapkan dalam
mengungkap masalah yang ada, dengan cara ini ide-ide perubahan yang berasal dari masyarakat terbawah dapat diorgansisir
Masalah yang terus terjadi, menunjukkan bahwa masyrakat kita belum mampu mengorganisasi diri dengan baik untuk menyelesaikan masalahnya, inilah ketidak berdayaan masyarakat yang sesungguhnya, dan pengorganissaian inilah yang seharusnya di bentuk dan di perjuangkan
Dengan blusukan, manajemen control dapat di terapkan sedini mungkin, apa yang menjadi kendala dan harapan masyarakat, apakah betul masyarakat hanya membutuhkan pembangunan fisik dan permodalan saja, dan tidak membtuhkan yang lainya, seperti akses pasar dan akses-akses lainnya.

Demikian tulisan tentang Cara Blusukan dan Pendampingan Kelompok Simpan Pinjam Perempuan, semoga bermanfaat untuk kita semua. Dapatkan info menarik lainnya hanya di rianisyahriani01.blogspot.com


Cara Proposal Permohonan Bantuan Dana

MASJID “NURUL AKBAR” PAKKABBA DESA PAKKABBA

1. LATAR BELAKANG
Masjid “Nurul Akbar” Pakkabba di bangun pada pertama kali pada tahun 70-an yang merupakan swadaya masyarakat Dusun Pakkabba, mesjid ini berukuran 8 x 10 m dan dapat menampung jamaah kurang lebih 100 Jemaah, terletak di dusun Pakkabba Desa Pakkabba Kecamatan Galesong Utara kabupaten Takalar.
Seiring dengan bertambah waktu dimana masjid telah mengalami perubahan kondisi dan pelapukan sehingga struktur bangunan masjid telah mengalami kerusakan, di samping itu pertumbuhan jumlah penduduk yang terus-menerus mengalami peningkatan menyebabkan masjid tidak dapat lagi menampung jumlah jamaah terutama pada shalat Jumat dan pada bulan Ramadhan yang pada akhirnya jamaah masjid ini kurang nyaman lagi dalam melaksanakan ibadah shalat.
Dengan pertimbangan itu, kemudian pada tanggal 12 Mei 1996 dilakukan rehabilitasi total dengan pembagunan baru Masjid “Nurul Akbar” Pakkabba pada lahan yang sama dengan ukuran yang lebih luas berukuran 17 x 20 m. Pembangunan masjid tersebut merupakan swadaya masyarakat Dusun Pakkabba dengan mengandalkan sumbangan masyarakat Dusun Pakkabba dan sekitarnya serta mengandalkan tenaga masyarakat di dusun sendiri. Alhasil pembangunan masjid dapat diselesaikan dalam jangka waktu 1 tahun dan dapat digunakan oleh masyarakat Dusun Pakkabba dan sekitarnya.
Setelah 17 tahun Masjid “Nurul Akbar” Pakkabba berdiri telah mengalami penurunan kondisi bangunan dan mengalami banyak perubahan. Perubahan yang utama adalah kerusakan pada lantai, dinding dan atap bahkan pada atap telah mengalami kebocorongan sehingga pada musim pelaksanaan ibadah di masjid menjadi terganggu. Di samping itu, masjid tidak maksimal lagi menampung Jamaah pada bulan Ramadhan sehingga memungkinkan untuk melakukan renovasi dan menambah tempat ibadah dengan memanfaatkan lahan yang ada. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa Pembangunan masjid sudah tidak sepenuhnya lagi dapat dilakukan oleh masyarakat Dusun Pakkabba dan sekitarnya sehungan dengan besarnya dana pembangunan yang dibutuhkan dalam pembangunan Masjid “Nurul Akbar” Pakkabba.
Dalam kerangka berpikir seperti itu, Panitia Pembangunan Masjid “Nurul Akbar” Pakkabba Desa Pakkabba Kec. Galesong Utara Kab. Takalar berupaya untuk konsisten melakukan berbagai usaha agar kondisi masjid ini tetap kuat dan terawat dan dapat menampung jamaah di Dusun Pakkabba dan sekitarnya, sehingga para jemaah merasa tenang dan nyaman dalam melaksanakan ibadah shalat, oleh karena itu maka pembangunan/renovasi masjid ini dipandang sebagai upaya yang harus didukung untuk segera direalisasikan.
2. NAMA KEGIATAN
Renovasi Masjid “NURUL AKBAR” Pakkabba
3. JENIS KEGIATAN
Adapun tahapan dalam renovasi Masji ”Nurul Akbar” Pakkabba sebagai berikut :
1. Pekerjaan Persiapan/Pembersihan
2. Pekerjaan Tanah dan Pondasi
3. Pekerjaan Beton dan Dinding
4. Pekerjaan Pintu dan Jendela
5. Pekerjaan Kuda-Kuda dan Atap
6. Pekerjaan Plafond
7. Pekerjaan Lantai
8. Pekerjaan pengecatan semua bagian mesjid.
9. Pekerjaan instlasi listrik
10. Pekerjaan Penggantung/Pengunci Kubah
4. TEMPAT/LOKASI
Masjid ini berlokasi di Dusun Pakkabba Desa Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar yang diberi nama “NURUL AKBAR” Pakkabba.
5. PELAKSANAAN
Mengingat keterbatasan Dana Panitia maka Panitia merencanakan Pelaksanaan Renovasi Masjid ini direncanakan berlangsung beberapa tahapan dan palaksanaannya di mulai bulan September 2011 s/d September 2013. Adapun tahapan pekerjaan sebagai berikut :
1. Tahap I : Persiapan, pekerjaan tanah dan pondasi, pekerjaan beton dan dinding
2. Tahap II : Pekerjaan Kuda-Kuda dan Atap, Plofond dan Instalasi Listrik
3. Tahap III : Pekerjaan Penimbunan dan Lantai Masjid
4. Tahap IV : Pekerjaan Fhinsing
6. SUMBER DANA
Dana pembagunan masjid ini diharapkan berasal dari:
1. Partisipasi masyarakat Dusun Pakkabba
2. Partisipasi masyarakat di luar Dusun Pakkabba
3. Pemerintah Kabupaten Takalar/Provinsi Sul-Sel
4. Perusahaan
5. Sumber lain yang tidak mengikat.

7. BESARNYA DANA
Adapun jumlah dana yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan renovasi masjid sebagai berikut sebesar Rp. 401.979.000,- dengan rincian sebagaimana terlampir
8. KEPANITIAAN
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan ini maka ditetapkan panitia Pembangunan Masjid ”NURUL AKBAR” Pakkabba sebagaimana terlampir.

9. PENUTUP
Demikian Proposal ini dibuat sebagai bahan pertimbangan bagi para dermawan yang akan memberikan bantuannya demi terlaksananya rencana Pembangunan/Renovasi Masjid Nurul Akbar Pakkabba, Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahman dan Rahimnya kepada kita semua, Amin...........................
Terima Kasih.
Wassalam,

Panitia Pembangunan


SUSUNAN PANITIA PEMBANGUNAN
MASJID”NURUL AKBAR” PAKKABBA

1. Penasehat : 1. Kepala Desa Pakkabba
2. Imam Dusun Pakkabba
2. Ketua : Adam Hamzah, SE
3. Sekretaris : Hasri, S.Kel
4. Bendahara : Syahriar Salle

5. Seksi-Seksi
1. Seksi Hubungan Masyarakat
1. H. Abd. Kahar Rukka
2. Irham, S.Sos Dg. Naba
3. Zaenal Dg. Tika
4. H. Nasir B. Sitaba, S.KM, M.Kes
5. Nurdin Dg. Gau
6. Muh. Arwin
2. Seksi Dana :
1. Abd. Latif Dg. Liwang
 2. Barlan Dg. Nyampa
3. Arni
4. Irmawati, Amd. Keb
5. Syahriani
6. Nurbaya
7. Pattola Dg. Ngitung
8. Jufri Dg. Sila
9. Syahrir Dg. Sibali
10. Safri
11. Bahtiar
12. Muh. Wildan
3. Seksi Pembangunan :
1. Baras Dg. Rurung
2. Zainuddin Dg. Gassing
3. Sampara Dg. Tola
4. H. Umar Dg. Pasang
4. Seksi Perlengkapan :
1. Husaini Dg. Seni
2. Kasang Dg. Naba
3. Masseseang Dg. Ngunjung
4. Sahamad Dg. Pasang

5. Seksi Konsumsi :
1. Hj. Sadaria Dg. Ngai
2. Monalisa, S.Kep Dg. Kanang
3. Hj. Rabati Dg. Sompa
4. Hj. Saharia Dg. Ngasih
5. Kamaria Dg. Tayu
6. Sadaria Dg. Saming



Panitia Pembangunan Masjid Nurul Akbar Pakkabba
Ketua, Sekretaris,

(ADAM HAMZAH, SE)                                                     (H A S R I, S.Kel)
Mengetahui :
Kepala Desa Pakkabba,


(Hj. MARDIAH KE’NANG, SE)

Demikian tulisan tentang Cara Proposal Permohonan Bantuan Dana, semoga bermanfaat untuk kita semua. Dapatkan info menarik lainnya hanya di rianisyahriani01.blogspot.com




Thursday, October 24, 2013

Cara Pendahuluan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw

Tulisan ini berisi tentang Pendauluan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw
Dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa - Ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi faktor pemicu proses perubahan dalam masyarakat dan mempengaruhi tatanan kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan keahlian atau kompetensi yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan memegang peranan penting dan berpengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang lain.
Kualitas pembelajaran dapat dilihat dalam dua segi yaitu kualitas proses dan kualitas hasil. Dari segi kualitas proses siswa masih cenderung passif dalam proses belajar mengajar, sementara diharapkan siswa dapat secara aktif terlibat dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Dari segi kualitas hasil dapat dilihat dari prestasi belajar atau ketuntasan belajar yang dicapai siswa.
Menjadi tenaga pendidik yang secara langsung terlibat dalam proses belajar mengajar, maka guru memegang peranan penting dalam menentukan peningkatan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar yang akan dicapai siswanya. Salah satu kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh pendidik dalam hal ini adalah bagaimana mengajar dengan baik agar tujuan pengajaran dapat dicapai semaksimal mungkin. Sebagai seorang tenaga pendidik dibutuhkan penguasaan materi dan cara pemilihan pendekatan atau teknik pembelajaran yang sesuai dengan keinginan siswa sehingga menjadi penentu pencapaian tujuan pengajaran. Begitu pula dengan proses pembelajaran, untuk mencapai tujuan pembelajaran perlu disusun suatu strategi agar tujuan itu tercapai dengan optimal. Tanpa suatu strategi yang cocok, tepat dan jitu, tidak mungkin tujuan dapat tercapai.
Pembelajaran yang selama ini dikenal adalah pembelajaran yang berbasis konvensional, yang mana pembelajaran berpusat pada guru. Guru adalah satu-satunya sumber informasi bagi siswa. Posisi siswa adalah pendengar dan hanya terkesan menjadi penerima tanpa harus bertanya tentang proses tersebut. Gaya mengajar seperti ini membuat kreatifitas siswa menjadi terhambat dan kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Padahal yang menjadi indikator keberhasilan pendidikan adalah bahwa peserta didik kita akan berpacu untuk memahami jika aktivitas belajar menyenangkan dan menggairahkan.
Sehungan dengan dunia pendidikan saat ini, ketika kembali pada pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Proses belajar akan lebih bermakna jika siswa sendiri yang berproses dengan apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Belajar secara bersama atau kooperatif merupakan kegiatan yang berlangsung dalam lingkungan belajar sehingga siswa dalam kelompok kecil saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk menyelesaikan tugas akademik. Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak dituntut untuk secara individual berupaya mencapai sukses atau berusaha mengalahkan rekan mereka, melainkan dituntut dapat bekerja sama untuk mencapai hasil bersama. Aspek sosial sangat menonjol dan siswa dituntut bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya.
Pada pembelajaran konvensional siswa lebih ditekankan kepada hasil belajar dari sisi kognitif, sedangkan  yang berhubungan dengan aspek afektif maupun psikomotorik terkadang diabaikan. Walaupun pada dasarnya dalam pembelajaran konvensional dijumpai pembentukan kelompok. Namun, pembentukan kelompok ini lebih berorientasi pada hasil akhir (penyelesaian tugas), kerja tiap kelompok tidak diperhatikan, keterampilan sosial tidak secara langsung diajarkan. Melalui penerapan pembelajaran kooperatif hal itu dapat direduksi, sehingga siswa terbiasa dalam interaksi sosial selain penyelesaian tugas.
Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif, di antaranya adalah STAD (Student Teams Achievement Division), Jigsaw, GI (Group Investigation), dan The Structural Approach. Di antara tipe-tipe tersebut, STAD merupakan yang paling sederhana, sehingga sangat cocok untuk guru yang baru memulai menerapkan pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kesederhanaan ini meliputi penyajian materi oleh guru dengan metode ceramah atau demonstrasi yang masih dimungkinkan dan kemampuan siswa mengkomunikasikan hasil kerja atau hasil diskusi melalui presentase ke seluruh kelas dilatihkan secara bertahap.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar, dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual ataupun kompetitif.
Merujuk pada hasil belajar siswa yang rendah, suatu penilaian yang bijak jika mengasumsikan banyak faktor sebagai penyebabnya. Sehingga kita (guru) tidak begitu saja mengklaim bahwa penyebab utamanya semata-mata karena rendahnya kemampuan siswa. Penyebab yang tidak tunggal itu, di antaranya karena kurang penguasaan materi oleh guru atau penggunaan strategi yang kurang tepat, dan kurangnya media.
Berdasarkan uraian di atas akan menentukan bahwa strategi pembelajaran akan menentukan terjadinya proses belajar yang selanjutnya menentukan hasil belajar.
Dalam rangka penataan dan pemanfaatan lingkungan belajar, guru sebagai pengarah dan pemberi kemudahan dituntut untuk dapat melakukan :
a. Menyajikan sesuatu yang merupakan prasyarat terjadinya proses kognitif (asimilasi dan akomodasi) dalam diri siswa.
b. Menumbuhkembangkan proses berpikir yaitu merangsang, mengarahkan, memelihara, dan meningkatkan kadar atau intensitas proses berpikir siswa.
c. Membina interaksi sosial yaitu hubungan timbal balik antara individu dengan individu lainnya dalam suasana kebersamaan.
d. Mengajar bagaimana belajar
Untuk mewujudkan harapan dalam kegiatan pembelajaran, pembelajaran konvensional sudah mulai ditinggalkan, hal dilakukan dalam rangka penyesuaian terhadap perubahan kurikulum, juga pembelajaran yang berorientasi siswa aktif (student oriented), membangkitkan interaksi multi arah serta membangun kebersamaan, maka metode pembelajaran kooperatif Model Jigsaw menjadi salah satu pilihan. Keberhasilan dari penerapan pembelajaran kooperatif Model Jigsaw ini bergantung kepada peran dan kesiapan guru di dalamnya.
Peran guru tersebut sangat bergantung dari strategi pembelajaran yang digunakan, juga materi yang sedang diajarkannya. Seperti halnya pada materi Pelayanan Medis di Atas Kapal, melalui pembelajaran kooperatif (Model Jigsaw), kekompleksan isi materi, siswa dalam belajar dapat saling memberi informasi dalam kelompoknya, bahkan antar kelompok. Salah satu anggota kelompok mungkin menguasai informasi A akan menjelaskannya kepada teman lainnya. Siswa lain dalam kelompok tersebut menguasai informasi B akan menjelaskan pula informasi tersebut. Demikian seterusnya sehingga informasi dan pengetahuan yang diperlukan akan dapat dipenuhi. Dengan demikian mereka akan merasa saling membutuhkan satu sama lain. Sifat menghargai orang lain akan terbentuk sebagai salah satu tujuan afektif dalam pembelajaran.
Tujuan pembelajaran yang selama ini diterapkan pada proses pembelajaran konvensional lebih tertuju pada tujuan kognitif. Sedangkan, harapan dari pembelajaran meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik menjadi perhatian dalam proses pembelajaran yang banyak dikembangkan pada saat ini.

Demikian tulisan tentang Cara Pendahuluan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, semoga bermanfaat untuk kita semua. Dapatkan info menarik lainnya hanya di rianisyahriani01.blogspot.com

Tuesday, October 22, 2013

Cara Pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya


Tulisan ini merupakan Pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya

Tutor sebaya merupakan bagian model pembelajaran kooperatif. Tutor sebaya terdiri dari dua suku kata yaitu tutor dan sebaya. Tutor adalah orang yang memberikan bimbingan pembelajaran baik secara individual maupun secara berkelompok. Pengembangan dari kata tutor ialah tutorial yaitu pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar siswa dapat efisien dan efektif dalam belajar.

Sedangkan sebaya dapat diartikan yaitu sama umur, hampir sama, sejajar, dan seimbang. Jadi dengan demikian tutor sebaya merupakan pemberian bimbingan kepada seorang atau beberapa siswa yang nantinya akan membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam tutor sebaya, dimana siswa yang dianggap pandai dapat dibimbing oleh guru agar dapat memberikan bantuan kepada siswa yang kurang pandai, dimana bantuan tersebut dapat dilakukan pada teman sekelasnya di sekolah muapun teman sekelasnya di luar kelas. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih mudah memahami pelajaran karena adakalanya seorang siswa lebih mudah menerima penjelasan yang diberikan oleh teman sebangku atau teman yang lain karena tidak adanya rasa enggan atau malu untuk bertanya. Apabila demikian keadaannya, maka guru dapat meminta bantuan kepada siswa yang dapat menerangkannya kepada teman-temannya untuk melakukan program perbaikan.

Interaksi sesama teman membuka pikiran anak terhadap pola tingkah laku yang berlaku dalam kebudayaan tertentu, yang sering dilakukan. Dengan demikian, interaksi ini secara nyata akan mempelajari bentuk-bentuk tingkah laku yang digunakan dalam pergaulan yang berlaku. Interaksi antara teman itu menyebakan tersedianya contoh yang lebih representatif tentang apa yang boleh dilakukan dalam kebudayaan itu dibanding dengan yang tersedia di rumah.

Manfaat yang diperoleh siswa sebagai tutor adalah menjadi kegiatan yang akan memperkaya pengalaman yang justru menjadi kebutuhan anak itu sendiri, sehingga dalam banyak program pentutoran, tutor itu merupakan guru non profesional.

Disamping itu manfaat yang lebih dari kegiatan tutoring ialah : (1) hasil yang diperoleh lebih baik bagi beberapa siswa yang mempunyai perasaan takut atau enggan kepada gurunya, (2) untuk tutor, profesi ini bermanfaat untuk memperkuat materi yang sedang di bahas dengan memberitahukan siswa lain, maka secara tidak langsung tutor memahami materi tersebut karena telah menyampaikan  kembali ke siswa lainnya, (3) untuk tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabarannya, (4) memperekat hubungan emosional antara sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosial.

Dibalik kebaikan yang ada sebagai tutor, tersimpan juga kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan tutoring. Beberapa kesulitan itu adalah: (a) sering kali siswa yang dibantu kurang serius, karena hanya berhadapan dengan temannya, sehingga hasilnya kurang memuaskan, (b) beberapa siswa menjadi malu untuk bertanya karena takut rahasianya diketahui temannya, (c) pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring ini sukar dilaksanakan, karena perbedaan gender antara tutor dengan siswa yang diberi program perbaikan, (d) untuk guru akan mengalami kesulitan dalam memilih seorang tutor yang tepat bagi seorang atau beberapa siswa yang harus dibimbing, (e) tidak semua siswa yang pandai atau cepat waktu belajarnya akan dapat mengajarkannya kembali kepada teman-temannya.

Wujud kegiatan belajar dengan menggunakan tutor sebaya pada dasarnya merupakan kombinasi dari pengajaran klasikal dalam kelompok siswa yang besar dengan kelompok siswa yang kecil. Dalam setiap kelompok, terdapat siswa yang pandai sehingga masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran dapat dituntaskan. Dalam pelaksanaan pengajaran mereka berusaha mendapatkan hubungan dan pergaulan baru yang merupakan interaksi yang mengarah kepada pola yang berlaku.

Demikian tulisan tentang Cara Pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya, semoga bermanfaat untuk kita semua. Dapatkan info menarik lainnya hanya di rianisyahriani01.blogspot.com

Monday, October 21, 2013

Cara Model Pembelajaran Kooperatif Siswa

Penyajian tulisan berisi tentang Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik - Pembelajaran kooperatif merupakan strategi mengajar yang menempatkan peserta didik pada kelompok-kelompok yang heterogen. Dalam pembelajaran metode kooperatif setiap anggota kelompok akan bekerja sama dalam memahami suatu bahan pelajaran dan proses belajar belum selesai ketika salah satu teman dalam kelompoknya belum menguasai pelajaran tersebut.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang unik, karena model pembelajaran ini suatu struktur, tugas dan penghargaan yang berbeda dalam mengupayakan pembelajaran peserta didik. Struktur tugas itu menghendaki peserta didik untuk bekerja bersama dalam kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan dari suatu tradisi pendidikan yang menekankan berfikir dan latihan bertindak secara demokratis, pembelajaran aktif, perilaku kooperatif, dan menghormati perbedaan dalam masyarakat multibudaya.

Model pembelajaran kooperatif diartikan sebagai suatu sistem pembelajaran di mana peserta didik diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama dalam suatu kelompok heterogen yang anggotanya empat sampai lima orang.

Pengelompokan secara heterogenitas merupakan ciri yang menonjol dalam model pembelajaran kooperatif. Ketika peserta didik yang mempunyai kemampuan berbeda dimasukkan dalam suatu kelompok yang sama maka akan dapat memberikan keuntungan bagi para peserta didik yang berkemampuan rendah atau sedang. Sebaliknya, peserta didik yang berkemampuan tinggi kemampuan komunikasi verbalnya akan semakin meningkat.

Tujuan dari pembelajaran kooperatif ialah menciptakan kondisi keberhasilan individu yang ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu penghargaan bersama dan akan membagi penghargaan bersama.

Model pembelajaran kooperatif dapat melatih peserta didik untuk mendengarkan pendapat-pendapat orang lain dan merangkum pendapat atau temuan-temuan dalam bentuk tulisan. Tugas-tugas kelompok akan dapat memacu setiap peserta didik untuk bekerjasama, saling membantu antara invidu satu dan lainnya dalam mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimilikinya. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi dengan sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah.

Hal-hal yang perlu dipenuhi dalam model pembelajaran kooperatif agar lebih menjamin peserta didik bekerja secara kooperatif meliputi : (1) peserta didik dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama, (2) peserta didik bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri, (3) peserta didik haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama (4) peserta didik haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, (5) peserta didik akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, (6) peserta didik dalam berbagai kepemimpinan dan mereka butuh keterampilan untuk belajar bekerjasama selama proses belajar berlangsung, (7) peserta didik akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok.

Pembelajaran dengan model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1) peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi pelajarannya, (2) kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah,(3) jika memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda, (4) penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.

Tujuan yang diharapkan tercapai dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. Prestasi akademik peserta didik
Pembelajaran kooperatif akan menguntungkan baik bagi peserta didik yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah. Bagi peserta didik yang berkemampuan tinggi, secara akademik akan mendapat keuntungan karena pengetahuan semakin mendalam.
2. Penerimaan terhadap keanekaragaman
Heterogen yang ditonjolkan dalam pemilihan anggota kelompok akan mengarahkan peserta didik untuk mengakui dan menerima perbedaan yang ada antara dirinya dan orang lain.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan mengarahkan kepada keterampilan kerjasama sebagai suatu kelompok yang kelak akan sangat bermanfaat bagi peserta didik ketika mereka terjun di masyarakat.

Demikian tulisan tentang Cara Model Pembelajaran Kooperatif Siswa, semoga bermanfaat untuk kita semua. Dapatkan info menarik lainnya hanya di rianisyahriani01.blogspot.com

Cara Konsep Pembelajaran Dalam Membantu Proses Belajar Siswa

Sajian ini berisi tentang Konsep Pembelajaran  Dalam Membantu Proses Belajar Siswa
Pembelajaran siswa merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan dan pemehaman suatu pelajaran kepada siswa. Dari pengertian ini secara implisit, dalam pembelajaran dihadapkan pada situasi memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.

Konsep Pembelajaran siswa adalah hakikat dari perencanaan atau perancangan sebagai upaya membelajarkan siswa, itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berintraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi akan berintraksi dengan seluruh sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh sebab itu, pembelajaran menjadi pusat perhatian tentang “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa”. Adapun perhatian terhadap apa yang dipelajari siswa merupakan bidang kajian dari kurikulum. Pembelajaran siswa lebih menekankan pada bagaimana cara agar tercapai tujuan, bagaimana mengorganisasikan, menyampaikan isi pembelajaran, dan interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar berfungsi secara optimal.

Dalam pembelajaran siswa yang dirancang, disusun sedemikian rupa dimaksudkan agar dapat mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Untuk mewujudkan konsep pembelajaran yang lebih efektif, beberapa ciri pembelajaran yang mesti diterapkan, yaitu: (a) siswa menjadi subjek untuk mengkaji secara aktif terhadap lingkungannya melalui proses observasi, membandingkan, menemukan persamaan dan perbedaan serta membuat konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan, (b) guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran, (c) aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian, (d) guru selaku pendidik dituntut  aktif terlibat memberikan arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisa informasi, (e) arah pembelajaran dituntut menguasai isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta (f) guru selau pendidik menggunakan metode mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan mengajar guru.

Demikian tulisan tentang Cara Konsep Pembelajaran  Dalam Membantu Proses Belajar Siswa, semoga bermanfaat untuk kita semua. Dapatkan info menarik lainnya hanya di rianisyahriani01.blogspot.com

Cara Mengetahui Pembelajaran Peserta Didik


Tulisan ini membahas tentang Mengetahui Cara Belajar Peserta Didik.
Cara belajar merupakan metode, teknik atau gaya belajar yang dilakukan oleh peserta untuk mengetahui dan memahami materi atau pelajaran.

Ketika menjadi seorang Pendidik harus mengetahui bahwa peserta didik memiliki bermacam cara belajar. Sebagian peserta didik bisa belajar dengan sangat baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya. Terkadang, mereka lebih menyukai penyajian informasi yang runtut dan lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru. Selama pelajaran berlangsung, mereka biasanya diam dan tidak ingin terganggu oleh kebisingan. Perserta didik seperti dikenala dengan cara belajar visual. Berbeda dengan peserta didik auditori, dimana pada peserta didik ini, tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dikerjakan oleh guru dan membuat catatan. Mereka mengunggulkan kemampuan untuk mendengar dan mengingat. Selama proses belajar berlangsung, mereka mungkin banyak bicara dan mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan. Lain halnya dengan peserta didik kinestetik dimana dalam kegiatan belajar dengan terlibat langsung dalam kegiatan. Peserta didik ini cenderung impulsive, semau gue, dan kurang sabaran. Selama proses pelajaran, mereka mungkin saja gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu. Cara mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan dan tida karuan.

Berbicara mengenai cara belajar peserta didik, hanya sedikit peserta didik yang memiliki satu jenis cara belajar. Berdasarkan hal tersebut, jika menghendaki cara belajar menjadi efektif maka sebagai pendidik mesti pandai mengkombinasikan cara belajar peserta didik antara visual, auditori dan kinestik. Disamping itu selaku pendidik juga harus memperhatikan peserta didiknya yang suka terhadaap salah satu bentuk pengajaran dibanding lainnya. Dengan demikian mereka harus berupaya keras untuk memahami pelajaran bila tidak ada kecermatan dalam menyajikan materi pelajaran sesuai dengan arah yang peserta didik sukai dan untuk memenuhi kebutuhan ini, pendidik harus bersifat multi sensori dan penuh dengan variasi untuk keberhasilan setiap peserta didik.

Demikian tulisan tentang Cara Mengetahui Pembelajaran Peserta Didik, semoga bermanfaat untuk kita semua. Dapatkan info menarik lainnya hanya di rianisyahriani01.blogspot.com

Cara Memberi Motivasi Belajar Bagi Peserta Didik


Pada tulisan ini akan dibahas tentang Motivasi Belajar dan Jenis Motivasi untuk meningkatkan semangat belajar Peserta Didik.


Motivasi belajar merupakan proses untuk menggiatkan daya atau perasaan menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

Motivasi merupakan alat pendorong yang akan mengubah energi seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Peserta didik yang termotivasi dalam belajar akan mempunyai hasrat yang lebih tinggi dalam mempelajari sesuatu, sehingga peserta didik akan meyerap dan mengendapkan mateti lebih baik.

Ada dua jenis motivasi, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik (Motivasi Dalam Diri)
Motivasi ini timbul dalam diri individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar.
Motivasi dalam diri ini menjadi aktif atau berfunsi tanpa perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik ialah motivasi yang muncul dari dalam diri individu yang menjadi aktif atau berfunsi tanpa perlu dirangsang dari luar. Peserta didik yang memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
b. Motivasi Ekstrinsik (Motivasi Dari Luar Individu)
Motivasi ekstrinsik timbul disebabkan oleh pengaruh dari luar individu, karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar.

Cara membangkitkan motivasi ekstrinsik untuk menumbuhkan motivasi instrinsik diantaranya :
  1. Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
  2. Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK tersebut.
  3. Tujaun yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakuakan sesuatu perbuatan.
  4. Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
  5. Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.
  6. Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.

Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari laur, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.

Demikian tulisan tentang Cara Memberi Motivasi Belajar Bagi Peserta Didik, semoga bermanfaat untuk kita semua. Dapatkan info menarik lainnya hanya di rianisyahriani01.blogspot.com