Dalam Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa - Ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi faktor pemicu proses perubahan dalam masyarakat dan mempengaruhi tatanan kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan keahlian atau kompetensi yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan memegang peranan penting dan berpengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang lain.
Kualitas pembelajaran dapat dilihat dalam dua segi yaitu kualitas proses dan kualitas hasil. Dari segi kualitas proses siswa masih cenderung passif dalam proses belajar mengajar, sementara diharapkan siswa dapat secara aktif terlibat dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Dari segi kualitas hasil dapat dilihat dari prestasi belajar atau ketuntasan belajar yang dicapai siswa.
Menjadi tenaga pendidik yang secara langsung terlibat dalam proses belajar mengajar, maka guru memegang peranan penting dalam menentukan peningkatan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar yang akan dicapai siswanya. Salah satu kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh pendidik dalam hal ini adalah bagaimana mengajar dengan baik agar tujuan pengajaran dapat dicapai semaksimal mungkin. Sebagai seorang tenaga pendidik dibutuhkan penguasaan materi dan cara pemilihan pendekatan atau teknik pembelajaran yang sesuai dengan keinginan siswa sehingga menjadi penentu pencapaian tujuan pengajaran. Begitu pula dengan proses pembelajaran, untuk mencapai tujuan pembelajaran perlu disusun suatu strategi agar tujuan itu tercapai dengan optimal. Tanpa suatu strategi yang cocok, tepat dan jitu, tidak mungkin tujuan dapat tercapai.
Pembelajaran yang selama ini dikenal adalah pembelajaran yang berbasis konvensional, yang mana pembelajaran berpusat pada guru. Guru adalah satu-satunya sumber informasi bagi siswa. Posisi siswa adalah pendengar dan hanya terkesan menjadi penerima tanpa harus bertanya tentang proses tersebut. Gaya mengajar seperti ini membuat kreatifitas siswa menjadi terhambat dan kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Padahal yang menjadi indikator keberhasilan pendidikan adalah bahwa peserta didik kita akan berpacu untuk memahami jika aktivitas belajar menyenangkan dan menggairahkan.
Sehungan dengan dunia pendidikan saat ini, ketika kembali pada pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Proses belajar akan lebih bermakna jika siswa sendiri yang berproses dengan apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Belajar secara bersama atau kooperatif merupakan kegiatan yang berlangsung dalam lingkungan belajar sehingga siswa dalam kelompok kecil saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk menyelesaikan tugas akademik. Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak dituntut untuk secara individual berupaya mencapai sukses atau berusaha mengalahkan rekan mereka, melainkan dituntut dapat bekerja sama untuk mencapai hasil bersama. Aspek sosial sangat menonjol dan siswa dituntut bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya.
Pada pembelajaran konvensional siswa lebih ditekankan kepada hasil belajar dari sisi kognitif, sedangkan yang berhubungan dengan aspek afektif maupun psikomotorik terkadang diabaikan. Walaupun pada dasarnya dalam pembelajaran konvensional dijumpai pembentukan kelompok. Namun, pembentukan kelompok ini lebih berorientasi pada hasil akhir (penyelesaian tugas), kerja tiap kelompok tidak diperhatikan, keterampilan sosial tidak secara langsung diajarkan. Melalui penerapan pembelajaran kooperatif hal itu dapat direduksi, sehingga siswa terbiasa dalam interaksi sosial selain penyelesaian tugas.
Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif, di antaranya adalah STAD (Student Teams Achievement Division), Jigsaw, GI (Group Investigation), dan The Structural Approach. Di antara tipe-tipe tersebut, STAD merupakan yang paling sederhana, sehingga sangat cocok untuk guru yang baru memulai menerapkan pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kesederhanaan ini meliputi penyajian materi oleh guru dengan metode ceramah atau demonstrasi yang masih dimungkinkan dan kemampuan siswa mengkomunikasikan hasil kerja atau hasil diskusi melalui presentase ke seluruh kelas dilatihkan secara bertahap.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar, dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual ataupun kompetitif.
Merujuk pada hasil belajar siswa yang rendah, suatu penilaian yang bijak jika mengasumsikan banyak faktor sebagai penyebabnya. Sehingga kita (guru) tidak begitu saja mengklaim bahwa penyebab utamanya semata-mata karena rendahnya kemampuan siswa. Penyebab yang tidak tunggal itu, di antaranya karena kurang penguasaan materi oleh guru atau penggunaan strategi yang kurang tepat, dan kurangnya media.
Berdasarkan uraian di atas akan menentukan bahwa strategi pembelajaran akan menentukan terjadinya proses belajar yang selanjutnya menentukan hasil belajar.
Dalam rangka penataan dan pemanfaatan lingkungan belajar, guru sebagai pengarah dan pemberi kemudahan dituntut untuk dapat melakukan :
a. Menyajikan sesuatu yang merupakan prasyarat terjadinya proses kognitif (asimilasi dan akomodasi) dalam diri siswa.
b. Menumbuhkembangkan proses berpikir yaitu merangsang, mengarahkan, memelihara, dan meningkatkan kadar atau intensitas proses berpikir siswa.
c. Membina interaksi sosial yaitu hubungan timbal balik antara individu dengan individu lainnya dalam suasana kebersamaan.
d. Mengajar bagaimana belajar
Untuk mewujudkan harapan dalam kegiatan pembelajaran, pembelajaran konvensional sudah mulai ditinggalkan, hal dilakukan dalam rangka penyesuaian terhadap perubahan kurikulum, juga pembelajaran yang berorientasi siswa aktif (student oriented), membangkitkan interaksi multi arah serta membangun kebersamaan, maka metode pembelajaran kooperatif Model Jigsaw menjadi salah satu pilihan. Keberhasilan dari penerapan pembelajaran kooperatif Model Jigsaw ini bergantung kepada peran dan kesiapan guru di dalamnya.
Peran guru tersebut sangat bergantung dari strategi pembelajaran yang digunakan, juga materi yang sedang diajarkannya. Seperti halnya pada materi Pelayanan Medis di Atas Kapal, melalui pembelajaran kooperatif (Model Jigsaw), kekompleksan isi materi, siswa dalam belajar dapat saling memberi informasi dalam kelompoknya, bahkan antar kelompok. Salah satu anggota kelompok mungkin menguasai informasi A akan menjelaskannya kepada teman lainnya. Siswa lain dalam kelompok tersebut menguasai informasi B akan menjelaskan pula informasi tersebut. Demikian seterusnya sehingga informasi dan pengetahuan yang diperlukan akan dapat dipenuhi. Dengan demikian mereka akan merasa saling membutuhkan satu sama lain. Sifat menghargai orang lain akan terbentuk sebagai salah satu tujuan afektif dalam pembelajaran.
Tujuan pembelajaran yang selama ini diterapkan pada proses pembelajaran konvensional lebih tertuju pada tujuan kognitif. Sedangkan, harapan dari pembelajaran meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik menjadi perhatian dalam proses pembelajaran yang banyak dikembangkan pada saat ini.
Demikian tulisan tentang Cara Pendahuluan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, semoga bermanfaat untuk kita semua. Dapatkan info menarik lainnya hanya di rianisyahriani01.blogspot.com
Demikian tulisan tentang Cara Pendahuluan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, semoga bermanfaat untuk kita semua. Dapatkan info menarik lainnya hanya di rianisyahriani01.blogspot.com