BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dengan bentangan alam dan jejeran ribuan pulau yang dikaruniai beranekaragam keindahan alam serta mempunyai banyak potensi yang menarik minat dan perhatian masyarakat baik wisata bahari, religius, budaya, pendidikan, maupun ilmiah.
Pembangunan nasional di bidang
pariwisata tidak terlepas dari upaya pemerintah dan dukungan dari masyarakat. Salah satu upaya yaitu kebijakan pemerintah dalam bidang kepariwisataan, yang diharapkan mampu menjadi sektor andalan yang dapat menggerakkan stabilitas ekonomi. Oleh karena itu, untuk disuatu daerah memerlukan sarana dan prasarana dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat yang berada di sekitar objek wisata tersebut.
Objek wisata merupakan perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi. Suatu daerah untuk dijadikan daeraah wisata harus memenuhi beberapa syarat.
Objek wisata yang mempunyai keragaman dan kekayaan yang tinggi dari bentuk alamnya, adat, budaya yang khas merupakan modal bagi pengembangan wisata taman prasejarah berbasis masyarakat.
Salah satu wisata taman prasejarah yang sangat potensial untuk dikembangkan yaitu Taman Wisata Purbakala Sumpang Bita di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dengan sisi potensialnya berupa keindahan alamnya dan benda-benda prasejarah.
Berdasarkan uraian tersebut maka kami melakukan study tour (kunjungan) untuk mengatahui dan menyaksikan keindahan alam dengan benda-benda purbakala yang terdapat di dalamnya adalah Taman Wisata Purbakala Sumpang Bita.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pelaksanaan kegiatan penelitian di Taman Wisata Purbakala Sumpang Bita adalah melakukan kunjungan ke tempat wisata sebagai bagian dari proses pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang sejarah.
Sedangkang tujuan dari pelaksanaan penelitian di Taman Wisata Purbakala Sumpang Bita yaitu mengatahui tentang Taman Wisata Purbakala Sumpang Bita terkait :
2. Lokasi Gua Sumpang Bita
3. Upaya Pemerintah dalam melestarikan Gua Sumpang Bita
BAB II
PEMBAHASAN
A. Alasan Penamaan Gua Sumpang Bita
Di Sulawesi Selatan terdapat salah satu tempat wisata wilayah pesisir yang mempunyai keragaman dan kekayaan yang tinggi dari bentuk alamnya, adat, budaya yang khas yang merupakan bagian dari sebuah wisata alam dan budaya adalah Sumpang Bita. Lokasi ini dapat dikategorikan sebagai salah satu objek wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan karena keindahan alamnya dan benda-benda prasejarah yang terdapat di sini. Pada lokasi taman tersebut terdapat gua yang di beri nama Gua Sumpang Bita yang berada di Kabupaten Pangkep.
Gua Sumpang Bita ditemukan oleh Frist dan Paul Sarassin dari Swiss pada tahun 1902. Gua ini merupakan peninggalan dari penduduk Toala yang berarti orang bertempat tinggal di hutan. Di dalam gua itu terdapat beberapa lukisan seperti telapak tangan orang dewasa dan anak-anak, telapak kaki, rusa, babi, ayam, dan sebuah sampan atau perahu. Semua gambar-gambar ini berwarna merah karena merah melambangkan keberanian. Warna ini terbuat dari hematite atau oker yang di kunyah hingga hancur disemprotkan ke telapak tangan yang telah diletakkan di dinding gua
Gua Sumpang Bita terdiri dari dua kata yaitu Sumpang yang berarti pintu dan Bita adalah sebuah nama desa yang ditempati Gua Sumpang Bita. Jadi Gua Sumpang Bita berarti pintu Bita. Gua Sumpang Bita juga dikenal dengan sebutan seribu anak tangga dikarenakan untuk menuju Gua Sumpang Bita harus melalui seribu lebih anak tangga.
Dalam lokasi wisata budaya ini, akan menikmati pemandangan dengan aneka perbukitan berupa pegunungan yang ditumbuhi pohon nan rindang, kemudian akan menikmati panorama alam berupa sawah dan ladang, bahkan lokasi penambangan dan aneka ragam pemandaangan lainnya akan nikmati di sini. Tiga lokasi utama yang menjadi pusat kunjungan berupa leang Sumpang Bita dan Leang Bulu Sumi serta terdpat mata air, selanjutnya kompleks tersebut di beri nama Taman Wisata Purbakala Sumpang Bita.
B. Lokasi Gua Sumpang Bita
Kompleks Gua Sumpang Bita terletak di Desa Sumpang Bita, Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep (Pangkaje'ne Kepulauan). Berada di Kilometer 55 sebelah utara Kota Makassar, dengan posisi astronomis 5°20'LS dan 199°38'BT. Untuk mencapai lokasi ini dapat mempergunakan sepeda motor, mobil pribadi atau pete-pete (angkot) jurusan Pangkajene.. Dari Kota Makassar menuju ke arah utara melalui jalan poros Makassar-Pare-pare sampai di Km 55 Kampung Soreang, membelok ke kanan menuju pabrik Semen Tonasa. Dari pabrik semen Tonasa ke arah timur menuju Kompleks Taman Wisat Purbakala Sumpang Bita sejauh 3 Km melalui jalan sedikit mendaki selebar 5 meter.
Kompleks Gua Sumpang Bita terdiri atas dua leang masing-masing disebut Leang Sumpang Bita dan Leang Bulu Sumi. Kedua leang ini letaknya berjauhan, dibatasi oleh bukit kapur.
Leang Sumpang Bita, memiliki langit-langit yang tinggi dan melandai ke belakang. Mulut gua menghadap ke timur (N.90° E). Leang ini terletak 150 meter dari permukaan tanah atau 280 meter diatas permukaan laut. Kelembaban dan hasil kelapukan 40% dengan PH 6,6. Ukuran mulut leang adalah tinggi 10 meter dan lebar 14 meter, sedangkan dalamnya 50 meter.
Temuan di Leang Sumpang Bita didominasi oleh lukisan dinding gua (rock art) yang cukup banyak dan tidak ditemukan sampah dapur (kitchen midden) serta alat litik yang representative maka dapat dikatakan bahwa Leang Sumpang Bita adalah tempat upacara sakral. Pada ruang bagian utara terdapat sebuah lukisan berupa babi rusa (Elaphurus davidanus) yang sedang meloncat. Didepan lukisan tersebut terdapat sejumlah lukisan cap tangan. Ada pula lukisan sampan yang di atasnya terdapat lukisan dua ekor babi rusa dengan posisi kepala ke bawah.
Gua Sumpang Bita terbagi atas 2 ruangan besar yang dibatasi oleh dinding tengah. Ruang 1 terletak di sebelah utara dan ruang II di sebelah selatan. Ruang II lebih besar dari ruang I di sebelah utara terdapat panel ayang berlukisan rusa besar yang sedang meloncat. ukuran panjang 212 cm dan lebar 84 cm. Di depan lukisan rusa itu terdapat sejumlah cap tangan negative (hand stencils). Di dinding sebelah ruang I terdapat panel yang berlukisan sampai satu buah. Di atas sampan terdapat lukisan babi dua ekor dengan posisi kepala ke bawah. Pada panel ini juga terdapat sejumlah cap tangan negative (hand stencils). Di dinding sebelah utara ruang II, terdapat panel C yang dihiasi sejumlah lukisan babi dan hand stancils. lukisan babi yang terbesar berukuran panjang 90 cm dan lebar 48 cm, sedangkan lukisan babi yang terkecil berukuran panjang 6 cm dan lebar 4 cm. Di dinding belakang ruang II terdapat panel D yang berlukisan babi, cap kaki negatif dan tangan negatif. di dinding selatan ruang II terdapat panel E yang berisi cap tangan negative (hand stencils) yang cukup banyak. Lukisan dinding (rock painting) tersebut kesemuanya memakai cat berwarna merah. Cap tangan negative ada dua macam, yang pertama memakai lengan bawah dan lainnya tanpa lengan.
a. Adapun jumlah lukisan menurut obyeknya :
1. Cap tangan negatif
tangan kanan dewasa 15 buah
tangan kiri dewasa 21 buah
rusak (tak dikenal kiri atau kanan) 1buah
tangan kanan anak-anak 12 buah
tangan kiri anak-anak 4 buah
2. Cap kaki negative :
kaki kanan dewasa 1 buah
kaki kiri dewasa 1 buah
Lukisan babi hutan 12 buah
3. Lukisan Babi Rusa 1 buah
4. Lukisan sampan 1 buah
b. Arti dari lukisan :
1. Telapak tangan yang utuh melambangkan sebagai penolak malapetaka atau roh jahat. Dan yang tidak utuh melambangkan turut berduka cita salah seorang anggota keluarga wafat.
2. Gambar rusa, babi melambangkan sebagai suatu pengharapan bila pergi berburu agar memperoleh binatang yang sejenis/lebih besar dari itu.
3. Gambar perahu melambangkan sebagai sarana angkutan untuk mencapai tujuan karena daerah mereka pernah dilanda laut.
c. Hubungan Leang Sumpang Bita dan Leang Bulu Sumi
Adapun hubungan antara Leang Sumpang Bita dan Bulu Sumi merupakan satu rangkaian yang tak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Disana terdapat sumber mata air yang terletak di kaki bukit gamping Sumpang Bita.
Jarak antara ketiga obyek itu relatif dekat. Mata air adalah sarana untuk mendapatkan kebutuhan manusia. Air adalah kebutuhan pokok manusia, baik pada masa lampau maupun pada masa sekarang. Untuk melihat saling ketergantungan antara ketiga tempat itu akan terlihat pada masing-masing temuannya.
Leang Bulu Sumi ukurannya lebih kecil. Berada di sebelah utara Leang Sumpang Bita; lebarnya 4,10 meter; dengan kedalaman 8,77 meter. Leang ini menghadap ke barat laut dan terletak pada ketinggian 200 meter dpl. Pada Leang ini ditemukan 4 cap tangan negatif (hand stencils) dalam kondisi sudah sangat pudar, sehingga sangat sulit untuk diidentifikasi. Selain itu juga ditemukan gundukan sampah dapur berupa cangkang kerang yang terpotong ujung-ujungnya. Hal ini dapat mengindikasikan Leang Bulu Sumi bersifat profan, digunakan untuk bermukim. Leang Bulu Sumi juga merupakan tempat sisa-sisa makanan penduduk Toala.
C. Upaya Pemerintah Dalam Pelestarian Gua Sumpang Bita
Pemanfaatan Taman Wisata Purbakala Sumpang Bita sebagai Objek Wisata dan sarana pembelajaran agar lebih paham dengan ilmu pengetahuan sejarah menjadi alasan untuk di lakukan pelestarian. Upaya yang dilakuakan sebagai wujud pelestarian kawasan wisata Sumpang Bita serta sumber mata air merupakan suatu rangakaian sarana kehidupan masa lampau yang cukup unit dan menarik. Kemajuan teknologi dan kebutuhan manusia dewasa ini kelestarian cagar budaya kita yang berupa gua-gua ini. Oleh sebab itu kawasan gunung gamping dengan gua-gua prasejarah ini yang cukup tinggi nilainya perlu dilindungi, dipelihara dan dilestarikan. Pelaksanaan pelestarian itu mendapat dukungan dana dari pemerintah Pusat dan bantuan dari pemerintah daerah Tingkat II Kabupaten Pangkep, berupa pembebasan tanah seluas 22 ha. Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sulawesi Selatan Tenggara. Selain itu, juga dilakukan upaya penjagaan situs-situs purbakala dengan berbagai tulis yang bertujuan untuk menjaga dan melindungi peninggalan sejarah tersebut.
Disamping itu upaya yang dilakukan meningkatkan minat pengunjung dengan tetap mendukung pelestarian Taman Wiasata Sumpang Bita :
- Pagar kawat duri yang dibangun sepanjang 500 m di sebelah utara lokasi yang membatasi antara taman situs dan milik pribadi semen Tonasa.
- Jalanan dan jalan setapak ke Gua Sumpang Bita terdiri atas trap-trap atau anak tangga. Jumlahnya kira-kira 955 tingkat. Para pengunjung menamakannya dengan tangga 1000
- Taman yang dihias sedemikian rupa untuk member kesan nyaman dan indah bagi para pengunjung
- Rumah informasi yang bentuknya seperti model rumah tradisional Bugis/Makassar
- Rumah jaga dan rumah istirahat dibangun supaya pengunjung dapat berhenti beberapa saaat untuk melepaskan lelah sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak bukit, tempat Gua Sumpang Bita dan Gua Bulu Sumi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan penelitian di Taman Wisata Purbakala Sumpang Bita dapat simpulkan bahwa :
- Gua Sumpang Bita ditemukan oleh Frist dan Paul Sarassin dari Swiss pada tahun 1902. Gua ini merupakan peninggalan dari penduduk Toala yang berarti orang bertempat tinggal di hutan. Gua Sumpang Bita terdiri dari dua kata yaitu Sumpang yang berarti pintu dan Bita adalah sebuah nama desa. Jadi Gua Sumpang Bita berarti pintu Bita. Gua Sumpang Bita juga dikenal dengan sebutan seribu anak tangga dikarenakan untuk menuju Gua Sumpang Bita harus melalui seribu lebih anak tangga.
- Kompleks Gua Sumpang Bita terletak di Desa Sumpang Bita, Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep (Pangkaje'ne Kepulauan). Berada di Kilometer 55 sebelah utara Kota Makassar, dengan posisi astronomis 5°20'LS dan 199°38'BT. Untuk mencapai lokasi ini dapat mempergunakan sepeda motor, mobil pribadi atau pete-pete (angkot) jurusan Pangkajene..
- Pemanfaatan Taman Wisata Purbakala Sumpang Bita sebagai Objek Wisata dan sarana pembelajaran agar lebih paham dengan ilmu pengetahuan sejarah menjadi alasan untuk di lakukan pelestarian
B. Saran
Dalam rangka pelestarian Taman Wisata Purbakala Sumpang Bita, di tuntut seluruh elemen untuk melakukan pemeliharaan, baik pemerintah, masyarakat maupun pengunjun karena akan menjadi kunci kelestarian warisan budaya tersebut. Untuk itu pemerintah tidak perlu memberikan penyuluhan terus menerus, melainkan cukup memberikan contoh nyata yakni membuka peluang bagi masyarakat untuk ikut serta melestarikan warisan budaya yang ada di daerahnya. Masyarakat pasti mengerti kalau diberi pemahaman.
Demikian tulisan tentang Info Hasil Studi Wisata Sumpang Bita Pangkep, semoga bermanfaat untuk kita semua. Dapatkan info menarik lainnya hanya di
rianisyahriani01.blogspot.com